Indonesia merupakan tanah surga yang memiliki penduduk mencapai 267 juta jiwa. Dari sekian banyaknya populasi yang berada di Indonesia mereka semua memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, seperti dalam pembukaan UUD 1945 pada paragraf empat yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pada pembukaan ini sudah jelas bahwa seluruh rakyat Indonesia mendapatkan hak akan pendidikan yang layak. Namun pada kenyataannya masih banyak rakyat yang masih belum mendapatkan hak tersebut. Kurangnya fasilitas, tenaga pengajar yang memadai, kerja sama antara rakyat dengan pemerintah dan sistem kurikulum yang diterapkan akan berdampak terhadap baik atau buruknya kualitas pendidikan dalam suatu negara.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Dari beragam budaya yang ada di Indonesia, budaya membaca merupakan suatu kegiatan yang jarang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Menurut data, pada tahun 2016 tingkat rendahnya minat baca Indonesia menduduki peringkat ke 60 dari 61 di dunia. Hal itu juga cukup menjadi bukti bahwa negara kita masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Maju atau mundurnya suatu negara ditentukan oleh generasi penerusnya. Tentu hal ini harus menjadi bahan evaluasi bagi kita semua, termasuk saya sebagai seorang mahasiswa.

Psikis seorang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu keluarga. Seorang anak memiliki hak dan kewajiban di dalam keluarga, kewajiban seorang anak adalah belajar dan hak seorang anak adalah mendapat pengajaran dari orang tua. Orang tua memiliki kewajiban untuk mengajari anak, baik dalam segi akademis ataupun nonakademis, seperti mengajari anaknya membaca sedari kecil, mengajari anaknya menulis, mengajari anaknya cara ber-attitude yang baik, sampai membantu anaknya mengembangkan kemampuannya dalam bidang apapun yang sesuai dengan minat dan bakat anak. Orang tua harus menjadi orang yang pertama mengetahui dan melihat perkembangan anaknya. Namun di zaman sekarang, banyak sekali orang tua yang justru malah membiarkan anaknya bergelut dengan gadget, baik handphone maupun teknologi yang menyediakan game offline dan online. Orang tua itu seakan bangga melihat anaknya di umur yang masih dibawah remaja bahkan balita sudah bisa, pintar dalam menggunakan teknologi. Dan membiarkan anaknya bermain dengan gadget merupakan cara mereka agar lepas dari ‘keribetan’ seorang anak kecil yang pada dasarnya selalu meminta ini itu dan menangis jika tidak diturutkan.

Jika kita analisis dalam sistem kurikulum dan aturan pendidikan di Indonesia masih kurang efektif penerapannya terhadap para peserta didiknya. Banyak yang negara harapkan dari rakyatnya, begitu pula banyak yang rakyat harapkan dari negara Indonesia. Saya memiliki impian yang tinggi dalam kategori pendidikan di Indonesia. Saya menginginkan Indonesia segera mengevaluasi sistem pendidikan di sekolah dan mencontoh negara maju yang sistem kurikulum pendidikannya dinilai sangat baik di mata dunia. Karena bukan tanpa alasan yang menginginkan hal itu terjadi. Dengan segala aturan dan segudang ujian sekolah yang ditangguhkan menurut saya hal itu lebih banyak membuat anak-anak Indonesia menjadi tidak fokus dengan potensinya.

Setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda, dari mulai ilmu alam, ilmu sosial, bahasa ataupun seni. Dari yang kita ketahui negara dengan pendidikan terbaik di dunia memiliki perbedaan yang sangat jauh dengan sistem pendidikan di Indonesia. Dimulai dengan siswa yang memasuki dunia sekolah di umur 7 tahun karena dibawah umur itu anak-anak difokuskan untuk bermain yang tujuannya untuk mengembangkan bakat anak. Berbeda dengan di Indonesia, para orang tua sudah mulai resah dan mensekolahkan anak-anaknya pada umur 3 tahun, seolah mereka takut anaknya itu tertinggal oleh anak-anak yang lain. Memang tidak sepenuhnya salah bagi para orang tua melakukan hal itu, namun dikhawatirkan sang anak akan merasa bosan untuk bersekolah. Dan seakan sekolah menjadi sesuatu yang dipaksakan oleh para orang tua. Menurut saya memulai sekolah di umur yang sudah lumayan (pada usia 7 tahun) tidak akan menjadikan anak mengalami ketertinggalan ketika para orang tua mendidik anak-anaknya dan membantu proses perkembangannya dalam belajar. Maka hal itu akan membuat sang anak lebih kreatif dalam menemukan cara belajarnya dan bisa lebih cepat dalam menemukan cara pemecahan masalah bagi dirinya.

Selanjutnya, waktu belajar anak di kelas sudah sama dengan orang dewasa yang bekerja di kantoran. Hal itu menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia dididik menjadi mental seorang pekerja sedari kecil. Bukan akan membuat anak semakin pintar namun justru akan membuat anak menjadi kurang fokus dalam belajar dan bahkan mungkin bisa mengalami stres. Seharusnya yang lebih baik adalah sekolah mencontoh seperti sistem perkuliahan yaitu belajar di kelas selama 45 menit dan istirahat 15 menit persetiap satu pelajaran. Dan akan lebih efektif lagi bagi perkembangan bakat anak dengan peraturan sistem pilih mata pelajaran, maksudnya sang anak lebih baik difokuskan pada satu mata pelajaran yang sudah menjadi bakat dan minatnya, namun bisa juga diberi mata pelajaran lain yang mendukung potensinya tersebut, namun bukan berarti siswa diharuskan mempelajari dan bisa dalam semua mata pelajaran.

Diketahui Indonesia adalah negara yang memegang rekor dunia dengan kurikulum dan mata pelajaran terbanyak di dunia. Terbukti di negara dengan pendidikan terbaik saja siswanya hanya diberikan mata pelajaran yang sesuai dengan bakat dan minatnya ,karena tidak semua anak bisa menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya. Dan dengan adanya Ujian Nasional (UN) tidak lantas menjadikan sang anak menemukan bakatnya. Bahkan yang tahu perkembangan siswa adalah gurunya namun soal Ujian Nasional ini malah dibuat oleh pemerintahan, yang pada dasarnya mereka tidak tahu apa saja potensi yang dimiliki oleh setiap siswa. Dengan dipekerjakannya guru berkualitas yang dipilih oleh sekolah tersebut diharapkan bisa mengetahui potensi yang dimiliki oleh setiap siswanya. Maka siswa bisa diarahkan untuk hanya memilih mata pelajaran yang mereka kuasai.

Dengan demikian saya rasa seorang anak tidak akan merasa stress dengan penerapan sistem pendidikan yang seperti itu. Malah justru itu akan membuat anak semakin matang dalam mempersiapkan masa depannya. Saya harap sistem pendidikan yang seperti itu akan segera diterapkan kapanpun waktunya. Dengan tidak mempekerjakan guru yang hanya mengajar demi uang, namun berkualitas dan mampu membantu siswa dalam mengembangkan bakatnya. Daripada siswa dituntun untuk bermental pekerja sedari dini, lebih baik siswa dituntun untuk mengetahui kemana arah dan tujuannya sejak ia kecil. Selain di bidang akademis, anak-anak juga harus dibekali dengan sikap atau attitude yang baik. Hal-hal diatas dapat terjadi apabila kerja sama antara rakyat dan pemerintahnya mendukung dengan baik, jika hanya satu pihak saja yang bekerja maka pencapaiannya pun tidak akan maksimal. Peran dari orang tua dan guru untuk mendidik serta membina anak-anaknya dengan baik sangat mendukung terciptanya generasi-generasi emas.

Post a Comment

🚫 PERHATIAN ! 🚫
Dimohon untuk TIDAK berkomentar yang mengandung hinaan, caci maki, memperdebatkan hal yang tidak penting, dan promosi barang/hal yang dilarang oleh hukum agama dan hukum negara!