KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang kiranya patut penulis ucapkan, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan yang berjudul’’Fenomena Budaya Anak Muda Bergaya Hidup Punk’’ dengan waktu yang singkat. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kedamaian dan rahmat bagi kita semua.

Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, penulis tidak lepas dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi. Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung serta membantu penulis selama pembuatan makalah ini. Penulis berharap penelitian ini bisa memberikan manfaat bagi penulis sendiri pada khususnya dan bagi kita semua pada umumnya. Akhir kata, apabila terdapat banyak kesalahan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


Majalengka, November 2018



    Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Fenomena Subkultur 3
2.2 Pelaku Subkultur 3
2.3 Fenomena Gaya Remaja Anak Punk Menjadi Golongan Subkultur 4

BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan 6
3.2 Saran 6

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang berbudaya, budaya yang ada pun berbagai macam ragamnya. Sebagai makhluk yang diberikan akal yang sempurna manusia harus menjalankan budaya yang dimilikinya dengan penuh hikmat dan menghayati setiap kegiatannya untuk mencapai kebudayaan yang sempurna dengan pola-pola perilaku yang digunakan. Seperti dalam kutipan buku berikut : “Budaya terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, yang mencakup segala cara atau pola-pola berfikir, merasakan dan bertindak” (Soekanto,2003:173). Dari kutipan Soekanto tersebut dapat disimpulkan bahwa segala gerak-gerik manusia harus berdasar pada nilai dan norma yang berlaku terutama di lingkungannya.

Pada dewasa ini, segala hal tidak bisa hanya dilihat melalui satu sudut pandang, namun lebih melihat juga kepada latar belakang yang terjadi pada objek yang ada dalam suatu fenomena tersebut, bisa dengan tidak menjustify suatu perbuatan tanpa melihat latar belakang. Seperti contohnya pada fenomena Subkultur adalah kelompok dalam masyarakat yang memiliki nilai, norma, dan gaya hidup diambil dari nilai dan norma masyarakat secara umum. Orang-orang yang tergolong di dalam Subkultur memiliki bermacam-macam alasan mengapa memilih gaya hidup yang tidak sesuai dengan budaya induknya meski tidak bertentangan dengan nilai dan norma.

Punk termasuk ke dalam pelaku yang terlibat dalam fenomena subkultur ini. Pasalnya, punk memiliki kebudayaan yang berbeda dengan budaya sebelumnya atau induknya, sehingga karena hal inilah punk masuk ke dalam kategori subkultur di dalam masyarakat. Komunitas punk ini sudah ada sejak sekitar tahun 1970-an di kota London, Inggris. Seiring berkembangnya zaman punk semakin merajalela dan merambah ke berbagai negara, termasuk Indonesia.

Penilaian yang beragam dari masyarakat muncul terhadap komunitas punk ini, ada yang berpandangan bahwa punk itu adalah komunitas yang bagus karena berperan aktif terhadap penolokan tindakan-tindakan yang menyimpang di masyarakat seperti minum minuman beralkohol, rokok, obat-obatan terlarang dan seks bebas. Namun ada juga yang berpandangan negatif terhadap komunitas punk ini, karena terkadang ada saja oknum-oknum yang tak bertanggung jawab dengan berpenampilan seperti anak punk merusak berbagai fasilitas umum ataupun barang-barang milik pribadi seseorang. Perbedaan pendapat inilah yang membuat para sosiolog tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai fenomena-fenomena subkultur anak punk.

Dilansir di salah satu media elektronik Koran Bandung, bahwasannya perkembangan jumlah remaja punk di Indonesia tidak diketahui secara pasti, namun sebuah fanzine asal Amerika Profane Existance, menulis negara dengan perkembangan punk yang menempati peringkat teratas di dunia adalah Indonesia dan Bulgaria.

Komunitas punk adalah remaja yang hidup di jalanan, namun berbeda dengan anak jalanan pada umumnya. Perbedaan terlihat dari cara berpakaian dan juga cara bergaul satu sama lain. Namun dalam pendataan, mereka tergolong kepada anak jalanan. Dari sekian Kota atau Kabupaten di Jawa Barat, jumlah anak jalanan yang ada di Kota Bandung menjadi tertinggi mencapai 2.500 orang atau 44% permasalahan anak jalanan ada di Ibu Kota Provinsi Jawa Barat tersebut.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang tepat berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana fenomena Subkultur dapat terjadi?
2. Siapa saja pelaku Subkultur yang telah ada dalam masyarakat?
3. Bagaimana fenomena gaya remaja anak punk menjadi golongan Subkultur?


1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Agar pembaca mengetahui bagaimana fenomena Subkultur terjadi.
2. Agar pembaca mengetahui siapa saja pelaku yang dalam Subkultur.
3. Agar pembaca mengetahui bagaimana fenomena gaya remaja anak punk menjadi golongan Subkultur


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fenomena Subkultur
Budaya adalah segala macam bentuk yang berhubungan dangan akal budi manusia. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata budhi yang artinya akal atau budi manusia.
Subkultur adalah sekelompok orang yang berusaha memunculkan ciri khas (budaya) golongannya. Subkultur merupakan tempat bagi penganut budaya yang berbeda dengan budaya induknya. Penganut golongan Subkultur membuat ruang dimana penganutnya dapat mengekspresikan apa yang menjadi budayanya. Subkultur hadir di tengah masyarakat sehingga hal ini memunculkan berbagai stigma dari masyarakat yang bukan penganut Subkultur.
Masyarakat memberikan penilaian dan perlakuan terhadap penganut Subkultur beragam macamnya dari mulai judgement, bad labeling, pengusiran, pembuangan, dan banyak diantara penganut Subkultur yang dianggap sampah karena terlihat tidak berguna dibanding mereka yang menganut budaya induk atau budaya pada umumnya. Anak muda bergaya hidup punk merupakan penganut Subkultur yang banyak memunculkan stigma negatif dari masyarakat.
Sebagai bagian dari kebudayaan, Subkultur merupakan cabang budaya yang anggotanya termasuk minoritas dalam masyarakat karena menyukai hal-hal yang dianggap berbeda dengan masyarakat umum. Subkultur menjadi suatu hal yang unik dengan ciri khasnya masing-masing.

2.2 Pelaku Subkultur
Di dalam Subkultur terdapat beberapa jenis orang yang turut ikut serta dalam kegiatan Subkultur. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

1. Orang-orang yang Menggunakan Tato
Pada zaman dahulu tato adalah sebagai suatu hal yang ditakuti di kalangan masyarakat, mulai dari pola pada gambar-gambarnya hingga orang yang memakainya. Orang yang bertato biasanya hadir dengan wajah sangar, baik hal itu dibuat-buat maupun memang bawaan air mukanya. Ketika melihat orang yang bertato, otomatis stigma masyarakat cenderung ke arah negatif. Namun pada zaman ini, tato sudah bukan lagi suatu hal yang langka, tato bukan lagi suatu hal yang diciri khaskan kepada orang-orang yang tidak baik. Tato sudah menjadi budaya dan gaya hidup pada sebuah cabang budaya (Subkultur) yang dengan ciri khasnya menjadi sebuah budaya dengan anggotanya yang minoritas.

2. Gay
Sebutan gay seringkali digunakan untuk menyebut pria yang memiliki kecenderungan menyukai sesama jenis. Definisi gay yakni lelaki yang mempunyai orientasi seksual terhadap sesama lelaki (Duffy & Atwater, 2005). Gay juga termasuk ke dalam sebuah penyakit kelainan seksual pada kaum adam. Gay memang sudah ada sejak zaman mesir kuno dan berkembang melintasi berbagai zaman. Namun berbeda dengan zaman dahulu, pada masa sebelum abad 21 menjalankan hukuman yang sangat berat bagi para pelaku homoseksual ini. Serta penolakan dari berbagai kalanganpun merajalela. Sedangkan pada zaman sekarang gay sudah legal dibeberapa negara.

3. Punk
Kehadiran punk di negara Indonesia sudah mulai terasa pada sekitar tahun 1980-an, terutama di daerah Bandung dan Jakarta. Pada awalnya masyarakat punk ini terlihat di sebuah film layar lebar. Dalam film tersebut, punk digambarkan sebagai masyarakat yang berperilaku deviatif. Punk mengalami perkembangan yang signifikan di kalangan masyarakat, terutama kelas bawah. Pasalnya dalam ideologi punk yaitu “Do It Yourself” banyak diminati diberbagai kalangan bawah karena hal itu menggambarkan suatu kebebasan terhadap dirinya sendiri. Punk pada zaman sekarang merupakan sebuah gaya hidup yang identik dengan berbagai aksesoris di tubuhnya yang beragam, mulai dari anting, tindik, dan benda tajam lainnya yang mempunyai pesan perlawanan dari punk yang terusir masyarakat karena perilaku buruknya. Selain itu, golongan punk identik dengan rambutnya yang dicukur dengan gaya Mohawk yang mengartikan bahwa punk itu anti-penindasan sekaligus kebebasan. Gaya pakaian anak punk juga berbeda dengan budaya pada umumnya.

2.3 Fenomena Gaya Remaja Anak Punk Menjadi Golongan Subkultur
Dalam hal ini remaja bergaya hidup punk dari segi ideologis merupakan ideologi yang mencangkup aspek sosial dan politik. Ideologi mereka dahulu sering di kaitkan dengan perilaku-perilaku yang menyimpang yang di lakukan oleh anak punk. Berbagai perilaku punk yang dianggap menyimpang telah di dokumentasikan dalam media masa sehingga membuat identitas punk dibalik aksesoris yang melekat pada tubuhnya dipandang sebagai seorang yang berbahaya atau berandalan.
Punk sebagai subkultur telah membentuk suatu bangunan baru yang berbeda dengan budaya induk yang dianut oleh kaum muda sejak awal kemunculannya di inggris sampai sekarang. Nilai-nilai yang menjadi substansi punk sebagai subkultur tetap diyakini oleh anggotanya, walaupun punk telah berganti generasi, akan tetapi sebagai subkultur, nilai-nilai dan eksistensi punk masih di pertahankan hingga sekarang.

Punk merupakan sebuah gaya hidup sebuah kaum yang menganut Subkultur, namun masyarakat seringkali menilai punk yang ada di lingkungan ataupun di jalanan dianggap sebagai sampah atau hal yang dihindari dari masyarakat secara umum. Namun sosiologi melihat hal itu menarik sebab di dalam perilaku mereka menyimpan berbagai latar belakang mereka melakukan hal itu, mereka ingin merasa terbebaskan dari norma dan nilai yang ada di masyakarat atau suatu bentuk perlawanan terhadap penindasan yang mereka rasakan.

Punk juga merupakan budaya tandingan yang dianut oleh sebagian tertentu dari masyarakat pendukung kebudayaan dominan atau mainstream. Subkultur tersebut bisa saja sesuai dengan budaya dominan, atau mungkin bertentangan dengan nilai-nilai budaya tandingan tidak selalu buruk. Menurut Soerjono Soekanto (1990:1992) budaya tandingan timbul apabila suatu bagian dari masyarakat atua kelompok social tertentu sedang menghadapi masalah yang bukan merupakan persoalan yang dihadapi oleh warga lainnya.


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Subkultur adalah sekelompok orang yang berusaha memunculkan ciri khas (budaya) golongannya. Subkultur merupakan tempat bagi penganut budaya yang berbeda dengan budaya induknya. Punk sebagai subkultur telah membentuk suatu bangunan baru yang berbeda dengan budaya induk yang di anut oleh kaum muda sejak awal kemunculanya di inggris sampai sekarang.
Sosiologi melihat hal itu menarik sebab di dalam perilaku mereka menyimpan berbagai latarbelakang mereka melakukan hal itu, entah mereka ingin merasa terbebaskan dari norma dan nilai yang ada di masyakarat atau suatu bentuk perlawanan terhadap penindasan yang mereka rasakan.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian tersebut, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat, menilai orang bukan hanya dari penampilan luarnya saja, akan tetapi lihatlah tindakan dan perilakunya juga, terkadang tampilan bisa saja menipu, terlihat sangar di luar tetapi memiliki ketulusan hati yang lembut. Seperti kata pepatah “Don’t Judge a Book by Its Cover”.
2. Bagi pemerintah, perhatian yang baik terhadap rakyatnya adalah kunci tercapainya negara yang makmur dan sejahtera. Munculnya suatu problematika dalam suatu masyarakat diakibatkan salah satunya oleh kurangnya perhatian dari pemerintah mengenai kesejahteraan, keamanan dan kemakmuran rakyatnya.
3. Bagi pihak lainnya, saling menghormati pemikiran atau sebuah ideology antar sesama warga negara sangatlah penting untuk membangun keharmonisan dalam bermsyarakat. Jadikan budaya yang beragam sebagai bunga yang memiliki banyak warna, karena dengan keanekaragaman tersebut membuatnya tampak lebih indah.





DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. 2018. Punk. https://id.wikipedia.org/wiki/Punk
Soeroso, Andreas. 2008. Sosiologi 1.
Jakarta : Yudhistira

Helmy, Muhammad. 2012. Presepsi Masyarakat Bokenang Terhadap Keberadaan Komunitas Punk. Jurnal Sosialitas. Vol. 2, No 1. Halaman 6-8.
http://media.neliti.com/media/publications/13610-ID-presepsi-masyarakat

DWC Kirana. 2016. Presepsi Masyarakat Terhadap Kehidupan Anak Punk Ditinjau dari Aspek Sosial dan Budaya di Yogyakarta. Halaman 4. http://repository.uinjkt.ac.id













Post a Comment

🚫 PERHATIAN ! 🚫
Dimohon untuk TIDAK berkomentar yang mengandung hinaan, caci maki, memperdebatkan hal yang tidak penting, dan promosi barang/hal yang dilarang oleh hukum agama dan hukum negara!